Analisis Semiotika Roland Barthes Dari film Yowis Ben

 Analisis Semiotika Roland Barthes Dari film Yowis Ben

Pendahuluan

 Film Yowis Ben adalah salah satu film Indonesia yang dirilis tanggal 22 februari 2018. Film Yowis Ben yang berdurasi 99 menit ini mengangkat genre dramakomedi Indonesia karya Fajar Nugros dan Bayu Skak, didalam film ini bahasa jawa lebih sering di gunakan. Film ini diperankan oleh Bayu Skak, Tutus Thomson, Joshua Suherman, Brandon Salim serta Cut Meyriska. Menggali potensi kearifan lokal, dengan penampakan kehidupan seharihari Bayu Skak yang sederhana menjadi keunggulan dalam film ini. 

 Sang sutradara, Fajar Nugros dan Bayu Skak ingin menyoroti kehidupan yang wajar dengan lingkungan yang dihadapi. Dari situlah muncul katakata terkesan kasar yang memaknai banyolan gaya Jawa Timuran. Penggunaan bahasa Jawa tampak sesuai dengan tampilan plot film Yowis Ben, kian menebalkan latar emosi yang terpancar pada setiap adegan. Ucapan idiom lokal yang menggelitik juga tertuang pada dialog, berpadu dengan tingkah kocak para sejumlah tokoh. Supaya memudahkan penonton mencerna maksud ucapan dan bahasa tokoh beserta idiom pada dialog, pihak produser mencantumkan terjemahan. Terdapat hal menarik lain, bayu terceritakan selalu mengendarai motor klasik dengan varian Super Cub saat bepergian, termasuk ke sekolah. 

 Cerita remaja yang bepergian denga mengendarai motor klasik juga tertuang dalam film fenomenal Dilan 1990. Hal itu berbeda dengan tren gaya hidup remaja masa kini, cenderung mengidamkan motor sport dengan kapasitas volume silinder besar. Adegan Bayu yang kesal, menendangnendang motornya karena mogok, mengawali tampilan film. Ketika itu, Bayu bertemu pengemudi becak yang menggemari karya bandnya. Serangkaian adegan pada bagian awal film menerapkan alur mundur, menerangkan kilas balik dari pengalaman Bayu merintis karier bermusik. Bayu memulai band dengan berbagai motivasi dengan sahabatnya  Doni (Joshua Suherman). Bayu ingin mendapatkan popularitas sambil melawan ejekan teman-temannya, tetapi Doni bertujuan untuk mendapatkan perhatian orang tuanya. Untuk menyelesaikan pelatihan staf, mereka akan mulai merekrut melalui audisi. Nando (Brandon Salim) yang disebut-sebut memiliki banyak penggemar wanita, dan Yayan (Tutus Thomson), yang memiliki kepribadian saleh, kemudian bergabung. Pesan moral tersebut bermula dari motivasi Nando untuk bergabung dengan band tersebut. 

 Nando khawatir mempekerjakan seorang wanita yang hanya menyukai ketampanannya. Dia  bangga hanya ketika reaksi dari para penggemar adalah ekspresi kegembiraan dalam karyanya. Setelah formasi selesai, Bayu dan band melakukan gladi bersih pertama mereka di studio musik. Ketika manajer studio menanyakan nama band, mereka berdebat satu sama lain. Ketika Bayu dan kawan-kawan memutuskan untuk tidak menyebutkan nama bandnya, dibingungkan oleh perdebatan yang tak ada habisnya, pemimpin penelitian itu dengan sukarela memberi nama Yowis Ben. Sejak awal karirnya, staf Yowis Ben sudah percaya diri menciptakan rejeki sendiri dengan usung genre pop-punk. 

 Mereka memutuskan untuk berpartisipasi dalam kontes band indie sebagai tanggapan atas kemajuan karir yang lebih tinggi. Saat itu, Yowis Ben tidak bisa menarik perhatian juri dan diejek oleh penonton. Semangat para staf tidak berkurang dan mereka terus  berlatih keras dan setuju untuk mengunggah video ke halaman Youtube dan mempresentasikan karyanya. Ini adalah pertama kalinya Yowis Ben menjadi populer untuk (Cut Meyriska). Unggahan video Youtube mereka beroleh kunjungan penonton lumayan banyak. Atas pencapaian itu, tujuan Bayu membentuk band telah terpenuhi, temantemannya mulai memberi sanjungan. Bahkan, karena faktor popularitas, Bayu dapat memikat hati gadis pujaannya yang bernama Susan 

 Dari film ini terdapat beberapa adegan yang tertuang akan pesan moralnya, pesan moral yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut, dari awal mula perjuangan yang dialami Bayu dan kawan-kawan di dalam film yang menceritakan perjuangan mereka mengenalkan karya mereka agar diakui sebagai sebuah band. Mereka harus menyewa studio setiap hari, latihan setiap hari dan akhirnya harus patungan untuk membeli kamera untuk mengunggah video mereka di Youtube. Di film ini Bayu Skak mencontohkan betapa ia menghormati dan menyayangi orang tua lewat tokoh Bayu yang rela membantu ibunya berjualan pecel sehingga dijuluki “pecel boys”. Meski berada dalam keadaan yang bisa dibilang “kurang mampu” namun ia tetap memiliki mimpi. Di salah satu adegan juga mengisahkan bahwa Doni (Joshua Suherman) yang meski tidak diperhatikan oleh orang tuanya, namin berambisi untuk membuat orang tuanya dan membuktikan bahwa ia bisa sukses. 

Rumusan Masalah 

 Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditemukan rumusan masalah, yaitu pesan moral yang terdapat pada film Yowis Ben berdasarkan analisis semiotik Roland Barthes.

Tujuan Penelitian 

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah mendeskripsikan pesan moral yang terdapat pada film Yowis Ben berdasarkan analisis semiotik Roland Barthes.

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbawangsih wawasan sebagai referensi dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi khususnya kajian dalam media, yaitu film. Dengan menganalisisnya menggunakan metode analisis semiotika model Roland Barthes. 
  • Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi khayalak untuk memberikan deskripsi dalam memahami makna-makna yang ada dalam sebuah film melalui analisis semiotika, serta menambah ilmu pengetahuan dalam dunia perfilman dan salah satunya sebagai syarat kelususan dari jurusan Ilmu Komunikasi fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kesimpulan

  Penelitian tentang pesan moral dalam film Yowis Ben berdasarkan Analisis Semiotika Roland Barthes yang menjelaskan signifikasi dua tahap, maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut:

Penanda dan petanda denotatif atau signifikasi tahapan pertama yang memiliki simbol pesan moral dalam film Yowis Ben,
  1. Seorang anak yang berbakti kepada orang tua dengan membantu berjualan pecel disekolah. 
  2. Seorang anak yang menunaikan Ibadah wajib yaitu shalat.
  3. Pentingnya pendidikan untuk anak dengan cara belajar bersungguh-sungguh dan bisa menghargai waktu.
Makna konotatif pesan moral dalam film Yowis Ben, 
  1. Sebagai seorang anak tentunya wajib berbakti kepada orang tua karena orang tualah yang selalu merawat kita dari kecil dan kita tidak boleh melupakan jasa-jasa orang tua. 
  2. Sebagai seorang muslim harus melakukan kewajiban yang paling utama, yaitu menunaikan Ibadah Sholat, terutama yang sudah baligh (dewasa). Karena Allah begitu dekat kepada orang-orang yang beribadah kepada-Nya. 
  3. Sebagai seorang siswa harus bisa menghargai waktu dan belajar sungguh-sungguh. Siswa juga harus disiplin, diharuskan untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah. Sekolah memiliki tata tertib yang harus ditaati, tentunya agar siswa bisa menjadi lebih baik dan rajin. Pendidikan juga mengajarkan anak untuk mewujudkan kualitas diri dan potensi yang baik.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 2 Semiotik dalam kehidupan sehari - hari

UTS KAJIAN SENI

Mengkaji Konten Tag Blast yang dimiliki Tara Arts Game Indonesia