KAJIAN SEMIOTIKA DALAM PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Puisi adalah salah satu jenis sebuah karya sastra. Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan yang inti. Puisi mempunyai sifat, struktur, dan konvensi-konvensi sendiri yang khusus. Puisi yaitu sebuah sarana untuk mengekpresikan perasaan gagasan, ataupun imajinasi seseorang dalam bentuk tulisan. Dalam mengkaji sebuah karya sastra puisi banyak pendekatan yang dapat dilakukan. Ratna mendefinisikan pendekatan merupakan cara-cara menghampiri objek, dalam hal ini adalah karya sastra. Jadi pendekatan dapat dilakuan untuk melakukan sebuah kajian pada hal tertentu dalam hal itu adalah karya sastra jenis puisi.
Isi
Puisi Hujan Bulan Juni dapat dimaknai
dengan melihat judul yang dibuat oleh
penyairnya, yaitu Hujan di Bulan Juni. Seperti kita lihat bahwa bulan Juni berada
pada musim kemarau yang jarang sekali terjadi hujan. Jadi hujan bulan Juni dapat disimbolkan
sebagai penantian. Dalam puisi ini menggambarkan seseorang yang tengah menanti
seseorang yang ia kasihi. Untuk memaknai puisi
Hujan Bulan Juni secara kesuluruhan dapat dilihat pembacaan hermeneutik dari setiap baitnya. Berikut puisi Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Penanda :
Puisi ini diperkuat dengan majas
atau gaya bahasa personifikasi. Dapat
terlihat pada kata hujan yang seolah-olah
memiliki rasa seperti manusia yaitu rindu,
bijak, arif, tabah, dan perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkan).
Petanda :
Menggambarkan bahwa dalam mengharapkan sesuatu dalam hidup ini tidak
selalu mudah didapat. Perlu adanya usaha
yang sungguh-sungguh. Jika kita mau berusaha pasti akan ada hasil yang baik.
Ikon :
1. Hujan Bulan Juni
2. Tak ada yang lebih tabah dari hujan
bulan Juni
3. Tak ada yang lebih bijak dari hujan
bulan Juni
4. Tak ada yang lebih arif dari hujan
bulan Juni
Simbol :
1. Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
2. Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang
ragu-ragu di jalan itu
3. Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Kesimpulan
Dari kajian semiotik dari puisi
berjudul Hujan Bulan Juni karya dari Sapardi Djoko
Damono didapatkan bahwa ada tanda-tanda
yang berupa ikon dan simbol pada setiap larik
puisinya. Dengan menggunakan model
pembacaan heuristik dari setiap kalimat pada
larik puisi tersebut didapatkan banyak arti yang
terkandung dalam kamus besar bahasa
Indonesia. Sedangkan dengan menggunakan
model pembacaan hermeneutik puisi Hujan
Bulan Juni dapat dimaknai dengan melihat
judul yang dibuat oleh penyairnya, yaitu hujan
di bulan Juni.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurnalmembaca/article/view/3706/2734
Komentar
Posting Komentar