Nama : Buya Syarif
Npm : 202046500270
Kelas :R4E
1. Konsep
semiotika atau semiologi dari Ferdinand de Saussure adalah kajian mengenai
tanda dalam kehidupan sosial, mencakup apa saja tanda tersebut dan hukum apa
yang mengatur terbentuknya tanda. Signifier dan signified yang cukup penting
dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang
mengatakan bahwa Bahasa itu adalah suatu system tanda, dan setiap tanda itu
tersususun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda).
Menurut Saussure Bahasa itu merupakan system tanda(sign) dengan kata lain,
penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, Bahasa
adalah aspek material dari Bahasa apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis dan dibaca. Petanda adalah aspek material Bahasa. Yang mesti
diperhatikan adalah bahwa tanda yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa di
pisahkan.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/8127-Full_Text.pdf
2. Saussure
menekankan perlunya semacam konvensi social (social convention), yang mengatur
pengombinasian tanda dan maknanya. Relasi antara penanda dan petanda
berdasarkan konvensi inilah yang di sebut sebagai signifikasi (signification).
Semiotika signifikasi, dengan demikian, adalah semiotika yang mempelajari
relasi elemet-element tanda didalam sebuah system, berdasarkan aturan main dan
konvensi tertentu.
Contohnya seperti
Desain rambu ''Tambal Ban'' karya Dodi Erfianto
Pada desain rambu karya Dodi Erfianto, mahasiswa Program Studi Desain
Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta yang berjudul ''Tambal Ban'' terpampang bentuk
dasar kotak yang di dalamnya dilekatkan ikon ban dalam kendaraan bermotor yang
sudah ditambal. Ikon ban lengkap dengan dopnya itu digambarkan separo bagian.
Uniknya, Dodi menggunakan konsep parodi yang tentu saja mengundang senyum
khalayak pemirsa. Ia menampilkan visualisasi tanda ban tambalan yang ditambal dengan
plester obat luka sejenis handyplast. Selain itu, ia mengaduk-aduk persepsi penonton
dengan logika terbalik. Hal itu terjadi karena Dodi menghadirkan ban yang ditambal
sebagai ilustrasi papan Penanda tempat tukang tambal bukan kompor pres untuk
menambal ban.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/download/1156/715#:~:text=Semiotika%20teks%20adalah%20cabang%20semiotika,kumpulan%20atau%20kombinasi%20tanda%2Dtanda
3. Puisi adalah salah satu jenis sebuah karya sastra. Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan yang inti. Puisi mempunyai sifat, struktur, dan konvensi-konvensi sendiri yang khusus. Puisi yaitu sebuah sarana untuk mengekpresikan perasaan gagasan, ataupun imajinasi seseorang dalam bentuk tulisan. Dalam mengkaji sebuah karya sastra puisi banyak pendekatan yang dapat dilakukan. Ratna mendefinisikan pendekatan merupakan cara-cara menghampiri objek, dalam hal ini adalah karya sastra. Jadi pendekatan dapat dilakuan untuk melakukan sebuah kajian pada hal tertentu dalam hal itu adalah karya sastra jenis puisi.
Isi
Puisi Hujan Bulan Juni dapat dimaknai dengan melihat judul yang dibuat oleh penyairnya, yaitu Hujan di Bulan Juni. Seperti kita lihat bahwa bulan Juni berada pada musim kemarau yang jarang sekali terjadi hujan. Jadi hujan bulan Juni dapat disimbolkan sebagai penantian. Dalam puisi ini menggambarkan seseorang yang tengah menanti seseorang yang ia kasihi. Untuk memaknai puisi Hujan Bulan Juni secara kesuluruhan dapat dilihat pembacaan hermeneutik dari setiap baitnya. Berikut puisi Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Penanda :
Puisi ini diperkuat dengan majas atau gaya bahasa personifikasi. Dapat terlihat pada kata hujan yang seolah-olah memiliki rasa seperti manusia yaitu rindu, bijak, arif, tabah, dan perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkan).
Petanda :
Menggambarkan bahwa dalam mengharapkan sesuatu dalam hidup ini tidak selalu mudah didapat. Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh. Jika kita mau berusaha pasti akan ada hasil yang baik.
Ikon :
1. Hujan Bulan Juni
2. Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
3. Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
4. Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Simbol :
1. Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
2. Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
3. Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Kesimpulan
Dari kajian semiotik dari puisi berjudul Hujan Bulan Juni karya dari Sapardi Djoko Damono didapatkan bahwa ada tanda-tanda yang berupa ikon dan simbol pada setiap larik puisinya. Dengan menggunakan model pembacaan heuristik dari setiap kalimat pada larik puisi tersebut didapatkan banyak arti yang terkandung dalam kamus besar bahasa Indonesia. Sedangkan dengan menggunakan model pembacaan hermeneutik puisi Hujan Bulan Juni dapat dimaknai dengan melihat judul yang dibuat oleh penyairnya, yaitu hujan di bulan Juni.
Komentar
Posting Komentar